Bagaimana Mempersiapkan Lulusan SMK melalui Deteksi Dini Kesiapan Berwirausaha?

0 13 Oktober 2025

“Lulusan SMK siap kerja.” Slogan ini telah lama melekat dalam dunia pendidikan vokasi. Namun, di tengah perubahan ekonomi yang begitu cepat, muncul pertanyaan baru yang lebih menantang: apakah lulusan SMK juga siap berwirausaha?

Berwirausaha bukan sekadar kemampuan membuat produk atau menjual barang. Ia menuntut keberanian mengambil risiko, kreativitas, ketangguhan mental, dan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Sayangnya, tidak semua siswa SMK memiliki kesiapan psikologis dan mental tersebut. Karena itu, deteksi dini kesiapan berwirausaha menjadi langkah strategis sebelum siswa diarahkan ke program kewirausahaan.

Dengan peta kesiapan yang jelas, sekolah dapat menyesuaikan strategi pembelajaran: siswa yang sudah memiliki kesiapan tinggi dapat diberi tantangan berupa proyek nyata, sedangkan mereka yang masih perlu penguatan dapat diarahkan ke pelatihan karakter, simulasi bisnis, dan pendampingan mindset kewirausahaan.

Menurut Chitamba et al. (2025), pembelajaran berbasis proyek di pendidikan kejuruan terbukti mampu meningkatkan entrepreneurial intention (niat berwirausaha) secara signifikan. Siswa yang terlibat dalam proyek bisnis kecil selama masa sekolah menunjukkan kemampuan lebih baik dalam menghadapi risiko dan mengambil keputusan bisnis setelah lulus.

Penelitian lain oleh Tentama dan Paputungan (2019) menemukan bahwa self-efficacy (kepercayaan diri terhadap kemampuan diri) dan dukungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha siswa. Menariknya, self-efficacy memberikan kontribusi paling besar, menjelaskan sekitar 8,03% variasi niat berwirausaha, sedangkan dukungan keluarga menyumbang 0,61%. Hasil ini menegaskan bahwa membentuk wirausaha muda bukan sekadar soal fasilitas, melainkan bagaimana sekolah menumbuhkan keyakinan diri dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung.

Transformasi lulusan SMK menjadi pebisnis profesional jelas bukan tanggung jawab satu pihak. Dibutuhkan kolaborasi antara sekolah, guru, dunia industri, pemerintah daerah, dan komunitas bisnis lokal. Sekolah dapat bekerja sama dengan pelaku usaha untuk menghadirkan coaching, akses permodalan mikro, serta ruang praktik usaha yang nyata. Guru berperan sebagai mentor inspiratif yang menumbuhkan mental pantang menyerah, sedangkan dunia industri menjadi mitra strategis dalam memberikan pengalaman kewirausahaan yang otentik.

Pemerintah juga telah berupaya melalui program seperti SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) yang mendorong inovasi pembelajaran dan kemitraan dengan dunia usaha. Namun, program semacam ini perlu dilengkapi dengan asesmen kesiapan berwirausaha agar arah pembinaannya lebih tepat sasaran. Dengan deteksi dini kesiapan berwirausaha, pembelajaran yang adaptif, serta dukungan lingkungan yang positif, siswa SMK tidak lagi berhenti pada cita-cita menjadi karyawan. Mereka bisa tumbuh sebagai pencipta lapangan kerja baru, kontributor ekonomi lokal, dan wirausaha muda profesional. Sebab pada akhirnya, keberhasilan pendidikan vokasi tidak hanya diukur dari seberapa cepat lulusannya diterima bekerja, tetapi dari seberapa banyak yang berani menciptakan pekerjaan bagi orang lain.


Tim Redaksi: Indra Dwi Rizqianto

Referensi:

Chitamba, A., Yearwood, V., Swanepoel, M., & Myeza, G. (2025). Project-based learning and the development of entrepreneurial skills in higher education: An integrative approach. International Journal of Business & Management Studies, 06(04), 113–123. https://doi.org/10.56734/ijbms.v6n4a12

Tentama, F., & Paputungan, T. H. (2019). Entrepreneurial intention of students reviewed from self-efficacy and family support in vocational high school. International Journal of Evaluation and Research in Education, 8(3), 557–562. https://doi.org/10.11591/ijere.v8i3.20240

Silahkan Sign In untuk memberi komentar...
  • Tidak ada komentar !
Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si.

Status : Owner

  • Buku Tamu