Menyiapkan Wirausahawan Muda dari Bangku SMK menjadi Tantangan yang Diharapkan

0 13 Oktober 2025

Kewirausahaan kini menjadi salah satu fokus utama pendidikan kejuruan di Indonesia. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan tidak hanya mencetak tenaga kerja siap pakai, tetapi juga melahirkan generasi muda yang berani menciptakan lapangan kerja. Namun, belum semua siswa SMK memiliki kesiapan mental dan keterampilan sosial untuk menjadi wirausahawan muda.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2025), tingkat pengangguran terbuka lulusan SMK mencapai 8,00%, tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan teknis belum cukup untuk bersaing di dunia kerja maupun usaha mandiri. Banyak siswa SMK sebenarnya memiliki keterampilan membuat produk yang baik dari kuliner hingga teknologi, tetapi kurang percaya diri, takut gagal, atau mudah menyerah saat menghadapi tantangan. Padahal, keberanian mengambil risiko dan ketangguhan mental adalah fondasi utama dalam berwirausaha.

Masalahnya, kesiapan berwirausaha tidak selalu tampak di permukaan. Siswa yang aktif di kelas belum tentu memiliki motivasi dan daya juang yang kuat. Karena itu, diperlukan deteksi dini kesiapan berwirausaha sebagai langkah awal mengenali potensi dan aspek psikologis yang perlu dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2012) dalam jurnal Jurnal Pendidikan Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta menguatkan hal ini. Studi terhadap 198 siswa SMK kompetensi keahlian Jasa Boga menunjukkan bahwa kesiapan berwirausaha siswa masih tergolong sedang (30,8%). Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kesiapan tersebut adalah peran orang tua, keterampilan pengelolaan usaha, dan self-efficacy atau keyakinan diri. Ketiga faktor ini menjelaskan sekitar 55% varians kesiapan siswa dalam berwirausaha.

Temuan ini menegaskan pentingnya melakukan deteksi dini kesiapan berwirausaha di tingkat sekolah. Melalui asesmen sederhana, observasi, dan pelatihan berbasis karakter, guru dapat mengenali potensi, kekuatan, dan hambatan psikologis siswa sejak awal. Dengan demikian, program pembinaan kewirausahaan bisa dirancang lebih tepat sasaran baik melalui pelatihan soft skills, mentoring, maupun simulasi usaha. Melalui asesmen deteksi dini kesiapan berwirausaha ini sekolah dapat mengetahui sejauh mana siswa memiliki motivasi, kepercayaan diri, atau kemampuan menghadapi kegagalan. Hasil deteksi ini dapat digunakan untuk merancang pembinaan yang lebih tepat, seperti pelatihan soft skills, mentoring, atau coaching kewirausahaan.

Dengan pendekatan ini, pembelajaran kewirausahaan di SMK tidak berhenti pada teori dan praktik produksi saja, tetapi juga menyentuh aspek karakter dan mentalitas. Sekolah dapat menjadi inkubator wirausahawan muda yang tangguh, kreatif, dan berdaya saing. Jika kesiapan mental dan soft skills terus diperkuat melalui deteksi dini dan pembinaan berkelanjutan, lulusan SMK tidak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu menciptakan peluang kerja baru di tengah persaingan ekonomi yang semakin ketat.


Tim Redaksi: Indra Dwi Rizqianto

Referensi:

BPS. (2025). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,76 persen. Rata–rata upah buruh sebesar 3,09 juta rupiah. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2025/05/05/2432/tingkat-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-4-76-persen--rata-rata-upah-buruh-sebesar-3-09-juta-rupiah-.html

Sari, A. S. (2012). Kesiapan berwirausaha pada siswa SMK kompetensi keahlian jasa boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(2), 154–168. https://doi.org/10.21831/jpv.v2i2.1025

Silahkan Sign In untuk memberi komentar...
  • Tidak ada komentar !
Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si.

Status : Owner

  • Buku Tamu